Minggu, 28 Februari 2010

Mencegah Kerontokan Bunga Mangga


Kerontokan buah mangga yang terjadi selama ini tidak terlepas dari 2 faktor utama yaitu faktor pengaruh luar dan faktor pengaruh dalam. Pengaruh dalam meliputi keseimbangan hara dan hormon dalam tanaman, tingkat kesuburan tepungsari, kemampuan/kekompakan organ reproduksi serta kondisi lain yang mendukung proses perkembangan buah sejak pembuahan sampai perkembangan buah yang optimal untuk dipanen seperti ketersediaan air. Sedangkan faktor luar meliputi : kesuburan tanah, kondisi iklim ( tingginya curah hujan dan besarnya angin) serta serangan hama penyakit.

Secara alami, bunga mangga muncul kurang lebih satu bulan setelah hujan berakhir dan memerlukan waktu sekitar empat bulan untuk dapat dipanen buahnya. Selama masa pembentukan dan perkembangan tersebut, intensitas kerontokan bisa mencapai 99%. Peristiwa ini sangat terkait dengan tekanan oleh berbagai faktor antara lain:

  1. Kurangnya unsur hara dan hormon tanaman (auksin dan gliberin) pada saat tanaman memasuki periode reproduksi, menyebabkan tingginya kerontokan buah yang diakibatkan oleh adanya persaingan dalam hara dan hormon tanaman tersebut.
  2. Gagalnya persarian dan pembuahan sehingga buah tidak menghasilkan biji yang merupakan pemasok gliberin yang sangat berguna bagi perkembangan buah. Dengan gagalnya pembentukan biji, maka menyebabkan buah rontok.
  3. Kurangnya ketersediaan air selama perkembangan buah, sehingga memacu terbentuknya lapisan absisi pada bagian pangkal tangkai buah. Dalam keadaan seperti ini, kondisi buah sangat lemah sehingga dengan sedikit tekanan saja , buah akan mudah rontok.
  4. Kondisi lahan yang kurang subur sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman selama periode perkembangan buah
  5. Kondisi iklim yang kurang menguntungkan seperti terlalu tingginya curah hujan serta kencangnya angin.
  6. Adanya serangan hama dan penyakit terutama yang menyerang buah seperti lalat buah (Dacus sp) dan penggerek (Norda albizonalis) serta Antraknose dan Diplodia. Serangan hama dan penyakit ini juga dipengaruhi oleh kondisi iklim saat itu.

Upaya Pengendalian Yang Pernah dilakukan


Meskipun kerontokan buah mangga ini selalu dialami petani mangga, namun bukan berarti mereka pasrah. Berbagai upaya telah dilakuan baik oleh petani sendiri maupun oleh lembaga peneltiian sebagai langkah dalam mengatasi setidaknya menekan tingkat kerontokan buah mangga agar tidak terlau banyak.

Beberapa penelitian telah dilakukan dalam rangka mengen-dalikan/menekan kerontokan buah mangga. Diantaranya : (1) penggunaan ZPT (bahan aktif 2,4-D) dan pemupukan, 2. penggunaan ZPT (entrel dan atonik) dan penyiraman dan 3. penyiraman. Hasil dari beberapa percobaan menunjukkan hasil yang belum memuaskan. Pada penggunaan ZPT 2,4-D dosis 10 dan 20 ppm dan pemupukan efektif mengurangi bunga gugur. Hasil percobaan lain dengan penggunaan ZPT etrel dan atonik dan penyiraman hanya mampu menekan gugur buah sampai 85%. Dan metode lain yaitu dengan cara penyiraman selama masa repoduksi dua kali seminggu dapat meningkatkan hasil 49%. Sementara itu di pihak petani, pencegahan kerontokan buah mangga dilakukan dengan pengasapan pada kebun mangga menjelang musim mangga berbunga. Secara teori, meng-asap (memberi asap) berarti mening-katkan kandungan gas ethylene yang memang dapat memacu pembungaan mangga, sehingga bunga mangga dapat muncul lebih awal pada kondisi yang lebih aman.


Cara yang Terbaik


Dari beberapa cara pengendalian yang telah dilakukan, dengan mempertimbangkan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kerontokan buah pada mangga serta hasil dari upaya yang telah dilaksanakan untuk mengurangi besarnya kerontokan buah mangga maka perlu dilaksanakan langkah-langkah tehnis yang dilakukan secara bersamaan yaitu pemupukan, penyiraman dan pengendalian hama/penyakit.


Pemupukan berimbang


Pemupukan dilaksanakan dua kali yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. Untuk tanaman yang berumur anatara 6-10 tahundapat digunakan pupuk ZA, SP 36 serta KCl dengan dosis masing-masing : 2-3 kg ZA, 1-1,5 kg SP 36 plus ( ditambah Zn 2% dan Bo 2%) serta 1-1,5 kg KCl. Disamping pupuk buatan, perlu juga ditam-bahkan pupuk kandang dengan dosis 75-100 kg yang diberikan sekali setahun pada awal musim hujan, lebih awal atau bersamaan dengan pemberian pupuk buatan. Untuk tanaman berumur lebih dari 10 tahun dapat digunakan dosis 3- 4 kg ZA, 1,5-2 kg SP 36 plus ( ditambah Zn 2% dan Bo 2%) serta 1,5-2 kg KCl ditambah pukan 100 kg. Adapun cara pemupukan dapat dilakukan dua kali yaitu pemupukan I (awal musim hujan) menggunakan separuh dosis ZA serta seluruh dosis SP plus dan KCL dengan tujuan untuk mengem-balikan energi tanaman setelah tanaman berbuah. Pemupukan II dilakukan pada saat menjelang akhir musim hujan (bulan Mei/JuniI. Pemupukan ini bertujuan untuk memberikan bekal kepada tanaman agar siap menghadapi pembungaan. Metode pemberian pupuk baik pada pemupukan I maupun II adalah secara ditabur melingkar dengan digali (dialur) selebar kanopi tanaman. Setelah ditabur, tanah harus ditutup kembali agar pupuk tidak tercuci atau menguap.


Penyiraman


Penyiraman dengan mem-berikan air dua kali seminggu selama masa reproduksi yaitu selama 3 bulan pada saat buah mangga berukuran sebesar biji kedelai (2 minggu setelah polinasi/penyerbukan) sampai buah menjelang dipanen. Penyiraman terhadap pohon mangga dapat dilakukan secara manual maupun dengan cara modern (drop irrigation) seperti yang banyak digunakan di perkebunan mangga yang luas. Dengan melakukan penyiraman diharapkan dapat menghalangi/menghambat terbentuknya lapisan absisi pada pangkal tangkai buah mangga yang menyebabkan keguguran. Disamping itu dengan ketersediaan air yang cukup di daerah perakaran akan menjamin penyerapan unsur hara oleh akar-akar tanaman yang pada akhirnya sangat berguna bagi perkembangan buah. Dengan cara penyiraman ini diharapkan dapat meningkatkan hasil 50-60%.


Pengendalian Hama/Penyakit


Kerontokan yang terjadi pada buah mangga tidak terlepas dari adanya hama dan penyakit yang menyerang. Semakin banyak tingkat serangan hama/penyakit, semakin besar pula tingkat kerontokan pada buah mangga. Dengan melakukan pengendalian terhadap hama dan penyakit, maka tingkat kerontokan akan bisa dikurangi/ditekan. Adapun hama dan penyakit yang sering menyebabkan kerontokan pada buah mangga adalah Lalat buah (Dacus dorsalis) dan penggerek buah (Norda albizonalis). Kedua hama ini menyerang buah mangga baik yang masih muda maupun yang sudah tua. Untuk mengendalikan lalat buah, dapat digunakan perangkap yang berisi Methyl Eugenol (ME) yang dapat dicampur dengan insektisida murni. Sedangkan untuk mengen-dalikan penggerek buah dapat dilakukan dengan insektisida kontak dan sistemik. Pengendalian lainnya yang dilakukan sebagai tindakan pencegahan adalah dengan melaku-kan pembungkusan (bagging) menggunakan kertas koran atau kertas semen. Keuntungan lain dengan cara ini adalah didapatkannya warna cerah dan menarik.

Penyakit yang sering menye-rang mangga antara lain : Antraknose dan Diplodia. Antracnose menyerang pada setiap stadia, terutama pada kondisi kelembaban tinggi. Sedangkan Diplodia biasanya menyerang buah yang menyebabkan buah pecah dan mengeluarkan lendir (blendok). Untuk mengendalikan Antracnose dapat digunakan fungisida kontak misalnya Kocide 77WP, sedangkan penyakit Diplodia dengan meng-gunakan fungisida sistemik. Dengan semakin mahalnya harga pestisida, para petani dapat menggunakan pestisda alternatif seperti larutan daun tembakau. Untuk pengganti fungisida dapat pula digunakan bubur bordo yang terdiri dari campuran larutan trusi (CuSO4) dan air kapur.


Lebih Menguntungkan


Meskipun upaya-upaya yang disarankan diatas membutuhkan biaya ekstra, namun keuntungan yang diperoleh juga akan meningkat. Bila kita dapat menekan kerontokan buah mangga, maka pendapatan yang diperoleh juga meningkat. Pada Tabel terlihat bahwa tanpa tindakan tehnis kerontokan buah, maka keuntungan petani hanya diperoleh Rp. 4.300.00,- sedangkan dengan melakukan tindakan tehnis pencegahan, keuntungan yang dapat dicapai adalah sebesar Rp. 7.900.000,- Hal ini dipengaruhi oleh produksi buah yang hanya mencapai 50% dari produksi anjuran akibat rontok buah, sehingga pendapatan yang diperoleh pun tidak maksimal.

(Ahmad Roudi dan Yunisatuti, staff peneliti BPTP Malang)

Beternak Itik Alam Pedaging


Umumnya usaha peternakan itik ditujukan untuk bebek petelur. Namun peluang bebek pedaging juga bisa diambil dari bebek jantan atau bebek betina yang sudah lewat masa produksinya. Selain itu bisa juga pebisnis mengambil bagian pembibitan ternak bebek sebagai fokus usaha.

Namun sebelum seorang peternak memulai usahanya, harus menyiapkan diri dengan pemahaman tentang perkandangan, bibit unggul, pakan ternak, pengelolaan dan dan pemasaran hasil. Misalnya bagaimana pemeliharaan anak bebek (5-8 minggu), pemeliharaan bebek Dara (umur 8-20 minggu ke atas) dan pemeliharaan bebek petelur (umur 20 minggu ke atas).

Masa produksi telur yang ideal adalah selama 1 tahun. Produksi telur rata-rata bebek lokal berkisar antara 200-300 butir per tahun dengan berat rata-rata 70 gram. Bahkan, bebek alabio memiliki produktivitas tinggi di atas 250 butir per tahun dengan masa produksi telur hingga 68 minggu.

Usaha peternakan itik di Indonesia telah lama dikenal masyarakat. Agar usaha ini dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi pemiliknya

maka perlu diperhatikan bebrapa hal yang menyangkut Manajemen pemeliharaan ternak itik, antara lain :

1. Seleksi Bibit
Bibit itik di Indonesia dibagi dalam dua kelomok yaitu :

A. Itik Lokal

1. Itik Tegal (Tegal).
Ciri-ciri : warna bulu putih polos sampai coklat hitam, warna paruh dan kaki kuning atau hitam.

2. Itik Mojosari (Mojosari Jawa Timur).
Ciri-ciri : warna bulu coklat muda sampai coklat tua, warna paruh hitam dan kaki berwarna hitam.

3. Itik Alabio (Amuntai Kalimantan Selatan).
Ciri-ciri : badan lebih besar dibandingkan dengan itik Tegal.

4. Itik Asahan dikembangkan di Tanjung Balai, Sumatera Utara.

B. Itik Persilangan

2. Pakan
a. Jenis Pakan : jagung, dedak padi, bungkil kedelai, bungkil kelapa dll.

b. Pemberian Pakan :
- Umur 1 - 2 minggu 60 gr/ekor/hari.
- Umur 3 - 4 minggu 80 gr/ekor/hari.
- Umur 5 - 9 minggu 100 gr/ekor/hari.
- Umur 10 minggu 150-180gr/ekor/hari.

3. Perkandangan
a. Lokasi Kandang
- Jauh dari keramaian.
- Ada atau dekat dengan sumber air.
- Tidak terlalu dekat dengan rumah.
- Mudah dalam pengawasan.

b. Bahan kandang bisa terbuat dari kerangka
kayu atau bambu, atap genteng dan
lantainya pasir atau kapur.

c. Daya tampung untuk 100 ekor itik :
- Umur 1 hari - 2 minggu 1 -2 m.
- Umur 1 - 2 minggu 2 - 4 m.
- Umur 2 - 4 minggu 4 - 6 m.
- Umur 4 - 6 minggu 6 - 8 m.
- Umur 6 - 8 minggu 8 - 10 m.
Itik dara sampai umur 6 bulan 5 - 10 ekor/m.

4. Tatalaksana Pemeliharaan
a. Secara ekstensif yaitu pemeliharaan yang berpindah-pindah.
b. Secara intensif yaitu secara terusmenerus dikandangkan seperti ayam ras.
c. Secara semi intensif yaitu dipelihara di kandang yanga ada halaman berpagar. Perbandungan jantan dan betina (sex ratio) adalah 1 : 10 dan dipilih ternak itik yang berproduksi tinggi.

5. Kesehatan
a. Penyakit Berak Kapur.
Penyebab : Bakteri Salmonella Pullorum.
Tanda-tanda : Berak putih, lengket seperti pasta.
Pencegahan: Kebersihan kandang, makanan,minuman, vaksinasi, dan itik yang sakit dipisahkan.

b. Penyakit Cacing.
Penyebab : Berbagai jenis cacing.
Tanda-tanda :Nafsu makan kurang, kadang-kadang mencret, bulu kusam, kurus, dan produksi telur menurun.
Pencegahan :Kandang harus bersih, kering tidak lembab, makanan dan minuman harus bersih dan sanitasi kandang.

c. Lumpuh.
Penyebab : Kekurangan vitamin B.
Tanda-tanda :Kaki bengkak dibagian persendian, jalan pincang dan lumpuh, kelihatan ngantuk, kadang-kadang keluar
air mata berlebihan.
Pencegahan : Pemberian sayuran / hijauan dalam bentuk segar setiap hari.

6. Pasca Panen
a.Telur itik dapat diolah menjadi telur asin,telur pindang, dll.
b.Bebek dapat diolah menjadi bebek panggang dll
c. Bulu dapat diolah menjadi kerajinan tangan
d. Tinja/kotoran itik dapat menjadi pupuk.

(Ewayam)

Sabtu, 27 Februari 2010

Peluang Investasi Perkebunan Aceh Barat


Wilayah Kabupaten Aceh Barat secara geografis terletak di 0461'-0447' LU dan antara 95 - 8630 BT secara keseluruhan memiliki luas wilayah 2.442 km terbagi menjadi 11 Kecamatan dan 282 Desa. Berbatasan langsung dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Pidie di sebelah utara, Samudera Hindia dan Kabupaten Nagan Raya di sebelah selatan, Samudera Indonesia di sebelah barat, Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Nagan Raya di sebelah timur.

Karena berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, Aceh Barat kerap dipuji memiliki kawasan pantai terindah di seluruh Aceh, iklim tropis dan curah hujan yang tinggi dengan kawasan yang memiliki tingkat kemiringan datar yang relatif luas membuat daerah ini punya potensi dalam pertanian, terutama tanaman pangan, tanahnya juga dikenal bagus untuk tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, karet, dan kelapa. Di samping berbagai komoditas tersebut, rabutan, durian, kelapa hibrida, kelapa dalam, lada, nilam, cokelat.

Disisi lain walupun belum menunjukkan hasil nyata, bahan tambang atau galian golongan A, B, dan C juga dianggap potensial. Batu bara, emas, tembaga, perak, timah hitam, dan andesit banyak tersebar di sembilan Kecamatan.
Di aceh Barat ini sering terjadi bencana alam seperti gelombang pasang, hujan deras plus angin ribut yang sering menyebabkan banjir, tanah longsor, dan putusnya sarana transportasi dan komunikasi seolah tidak pernah lepas dari daerah ini, yang menyebabkan luas wilayahnya menyusut.

Profil Komoditi

No

Sektor / Komoditi

Unggulan / Tidak

Deskripsi

1

Primer-Perkebunan:Kelapa Sawit

Unggulan


Produksi Tahun Terakhir (2006) : 2,704.00 Ton

2

Primer-Perkebunan:Kakao

Unggulan


Produksi Tahun Terakhir (2006) : 78.00 Ton

3

Primer-Perkebunan:Karet

Unggulan


Produksi Tahun Terakhir (2006) : 16,045.00 Ton

4

Primer-Perkebunan:Tebu

Unggulan


Produksi Tahun Terakhir (2006) : 6.00 Ton

5

Sekunder-Perkebunan:Kopi

Unggulan


Produksi Tahun Terakhir (2006) : 181.00 Ton

6

Primer-Perkebunan:Kelapa

Unggulan


Produksi Tahun Terakhir (2006) : 1,392.00 Ton

7

Primer-Pertambangan:Marmer

Non Unggulan

Potensi marmer memiliki cadangan sebesar 336.540.000 ton

8

Primer-Pertambangan:Granit

Non Unggulan

Potensi granit memiliki cadangan sebesar 560.000.000 ton

9

Primer-Pertambangan:Batu Gamping

Non Unggulan

Potensi batu gamping memiliki cadangan sebesar 3.297.000.000 ton

10

Primer-Pertambangan:Posfat

Non Unggulan

Potensi posfat memiliki cadangan sebesar 22.000 ton

No

Sektor / Komoditi

Unggulan / Tidak

Deskripsi

11

Primer-Pertambangan:Pasir Kuarsa

Non Unggulan

Potensi pasir kuarsa memiliki cadangan sebesar 56.405.000 ton

12

Primer-Pertambangan:Lempung

Non Unggulan

Potensi lempung memiliki cadangan sebesar 712.940.000 ton

13

Primer-Perkebunan:Cengkeh

Non Unggulan


Produksi Tahun Terakhir (2006) : 1.00 Ton

14

Primer-Perkebunan:Lada

Non Unggulan


Produksi Tahun Terakhir (2006) : 2.00 Ton

15

Primer-Perkebunan:Nilam

Non Unggulan


Produksi Tahun Terakhir (2006) : 3.00 Ton

(Iman, Binatani Mixed Farming, Aceh Barat)

Pukat Harimau Resahkan Nelayan di Aceh Barat


Panglima Laot (lembaga adat laut) Provinsi Aceh, Adli Abdullah mengemukakan, pengoperasian alat tangkap ikan pukat harimau (trawl) selama ini sudah sangat meresahkan nelayan kecil di Kabupaten Aceh Barat.

"Meskipun pihak keamanan sudah melakukan tindakan, namun masih banyak nelayan yang menggunakan pukat harimau, sehingga meresahkan nelayan tradisional," katanya di Banda Aceh, Sabtu.

Sebelumnya, ribuan nelayan tradisional di Kabupaten Aceh Barat, Kamis (14/1) berunjuk rasa di DPRK setempat. Mereka mendesak pemerintah dan pihak kepolisian membasmi alat tangkap pukat harimau yang selama ini masih digunakan nelayan di daerah itu.

Adli menyatakan, kedatangan para nelayan kecil ke DPRK Aceh Barat tersebut sebagai bentuk kekecewaan mereka, karena ternyata pukat harimau masih terus beroperasi.

Untuk itu, ia berharap supaya pihak keamanan terus melakukan operasi pemberantasan pukat harimau, karena penggunaan alat tangkap ikan itu melanggar peraturan.

Sebenarnya, pukat harimau sempat menghilang setelah pihak kepolisian melakukan operasi, tapi sekarang kambuh kembali, ujarnya.

Adli menyatakan, bila menggunakan pukat harimau, semua jenis ikan bisa terjaring. Namun ikan kecil tidak diambil, melainkan dibuang ke laut.

"Itu yang dilakukan para nelayan yang menggunakan kapal `trawl`, sehingga sepanjang pantai di kawasan Aceh Barat pernah dipenuhi ikan yang membusuk," paparnya.

Masyarakat di sekitar pantai yang tidak tahan dengan bau busuk, terpaksa mengubur ikan tersebut.

Ia mengimbau kepada seluruh nelayan untuk mematuhi hukum negara dan hukum adat laot, yakni tidak menggunakan alat tangkap yang merusak lingkungan, seperti jaring "trawl". (ANTARA News) Iman.