Selasa, 20 Juli 2010

Pentingnya Diversifikasi dan Rehabilitasi Lahan Gambut Aceh Barat.


Lahan Gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang di cirikan dengan adanya akumulasi bahan organik yang berlangsung lama, akumulasi ini terjadi karena lambatnya laju dekomposisi dibandingkan dengan laju penimbunan bahan organik yang terdapat di lantai hutan lahan basah dan tergenang.

Pada lokasi Gambut seperti di aceh barat amatlah penting apabila pembukaan lahan dilakukan dengan Metode Pembukaan Lahan Tanpa Bakar, karena sejak tahun 1985 pembukaan lahan dengan cara bakar sudah dilarang oleh pemerintah melalui SK Dirjen Perkebunan No 38 tahun 1995 tentang pelarangan membakar hutan. Pembukaan lahan gambut dengan cara bakar jauh lebih berbahaya dibandingakan pembukaan lahan dengan cara bakar pada lahan biasa. Hal ini dikarenakan Gambut merupakan bahan bakar yang dapat menyimpan bara api di dalam tanah dan cenderung sulit untuk di padamkan.

Pembukaan areal gambut sangatlah tidak dianjurkan namun seperti vegetasi Aceh Barat yang sebagaian besar bergambut tentu menjadi masalah bagi petani dan masyarakat sekitar areal Gambut. Sebelum pembukaan areal gambut dilakukan sangat dianjurkan untuk mengindentifikasi lahan – lahan lain, terutama pada lahan mineral dan bergambut yang telah dibuka tapi ketebalannya kurang dari 3 meter, untuk kegiatan budidaya pertanian maupun perkebunan, karena jika pertimbangan tertentu pada pembukaan areal tidak di hiraukan maka akan terjadi kerugian yang besar pada masayarakat ataupun vegetasi gambut tersebut.

Maka untuk itu pada pelaksaan pembukaan areal Gambut dapat dilaksanakan tahapan sebagai berikut :

A. Tahap pengimasan, yaitu dengan melakukan pemotongan dan penebasan semak belukar termasuk pohon dengan berdiameter kurang dari 10 cm. Pemotongan ini dilakukan dengan parang dan kampak, dilakukan rata dengan permukaan tanah agar tidak menghalangi pengangkutan kayu.

B. Tahap Penumbangan, yaitu dengan menbang kayu yang berdiameter 10 cmdengan menggunakan mesin pemotong, penumbangan dilakukan secara sejajar agar kayu tidak salaing tumpang tindih. Tunggul disisakan antara 50-75cm tergantung dari besarnya pohon, semakain besar pohon maka semakin tinggi pohon yang disisakan tapi biasanya tidak lebih dari 75cm.

C. Tahap pemotongan kayu, yaitu dengan melakukan pemotongan kayu hingga berukuran 6 m, pada tahap ini cabang dan ranting dilepaskan dari batang utamanya.

D. Tahap pengumpulan kayu , ranting dan dedaunan disuatu tempat yang ditentukan. Pengumpulan pada areal yang luas dapat digunakan buidozer tetapi pada musim hujan jangan di gunakan karena beberapa kasus justru buldozer yang mendapat kendala karena tanah gambut cenderung tidak tahan menahan berat Buldozer, jika ini terjadi satu-satunya jalan yaitu dengan mengangkut kayu keluar lokasi untuk dijual , sedangkan ranting-rantingnya dan dedaunan di kumpul untuk diolah kompos ataupun bahan bakar yang lain.

E. Tahap pengumpulan serasah(ranting dan dedaunan) dapat dilakukan dengan menggunakan tiga metode yaitu :

1. Serasah dikumpulkan disuatu tempat yang paling rendah, kemudian dipotong kecil-kecil dan di timbun.

2. Serasah di potong kecil-kecil lalu ditimbun di jalur yang di buat sejajar dengan calon barisan tanaman.

3. Serasah di timbun di suatu tempat yang di kelilingi parit berair kemudian di bakar setelah kering. Proses pembakaran di lakukan pada pagi hari dan pada saat angin tidak kencang, selama proses pembakaran harus diawasi agar api tidak meluaskeluar dari tempat pembakaran, namun lebih baik agar serasah ini9 dijadikan kompos atau bokasi daripada di bakar, ayo silahkan pilih… ?.(iman dan berbagai sumber)