Minggu, 28 Maret 2010

Agribisnis Alpukat yang Memikat

Walaupun keuntungan bertanam alpukat di Indonesia belum begitu bisa dirasakan karena pengelolaannya tidak intensif, namun karena permintaannya naik maka pertanaman alpukat dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Prospek ke depan bisnis alpukat semakin cerah sehubungan dengan semakin terbukanya peluang pasar. Tetapi sayangnya masih banyak wilayah yang merupakan sentra produksi belum tergali, sehingga kesulitan mendapatkan buah masih tetap dirasakan oleh para pedagang, baik di pasar lokal maupun eksportir. Alpukat merupakan salah satu jenis buah bergizi tinggi yang semakin banyak
diminati. Hal ini terlihat dari banyaknya permintaan alpukat di pasaran. Sebagai contoh, seorang grosir membutuhkan alpukat 12-20 ton/minggu untuk pedagang pengecer di Bogor.


Selain di pasar lokal, pasar luar negeri pun berhasil ditembusnya. Mula-mula hanya Singapura dan Belanda, kemudian menyusul Saudi Arabia, Perancis, dan Brunei Darussalam. Impor Perancis pada tahun 1989 sebanyak 3.790 kg dengan nilai 379 US$, dan pada tahun 1990 meningkat menjadi 5.749 kg dengan nilai 10.876 US$. Situasi harga di tingkat petani memang relatif bervariasi dibandingkan dengan di
tingkat pengecer. Harga setiap kilogram di tingkat petani di daerah Garut pada tahun 1991 berkisar antara Rp 200,- sampai Rp 600,-. Seangkan di tingkat pengecer biasanya lebih stabil, dan harga bisa mencapai Rp 700,- sampai Rp 1.750,-/kg. Adanya perbedaan harga yang cukup besar tersebut antara lain disebabkan karena di tingkat pengecer risiko kerusakannya lebih tinggi.



Teknik Penanaman
1) Pola Penanaman
Pola penanaman alpukat sebaiknya dilakukan secara kombinasi antara varietasvarietasnya. Hal ini mengingat bahwa kebanyakan varietas tanaman alpukat tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri, kecuali varietas ijo panjang yang memiliki tipe bunga A. Ada 2 tipe bunga dari beberapa varietas alpukat di Indonesia, yaitu tipe A dan tipe B. Varietas yang tergolong tipe bunga A adalah ijo panjang, ijo bundar, merah panjang, merah bundar, waldin, butler, benuk, dickinson, puebla, taft, dan hass. Sedangkan yang tergolong tipe B adalah collinson, itszamma, winslowsaon, fuerte, lyon, nabal, ganter, dan queen. Penyerbukan silang hanya terjadi antara kedua tipe bunga. Oleh karena itu, penanaman alpukat dalam suatu lahan harus dikombinasi antara varietas yang memiliki tipe bunga A dan tipe bunga B sehingga bunga-bunganya saling menyerbuki satu sama lain.


2) Pembuatan Lubang Tanam
a) Tanah digali dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 75 cm. Lubang tersebut dibiarkan terbuka selama lebih kurang 2 minggu.
b) Tanah bagian atas dan bawah dipisahkan.
c) Lubang tanam ditutup kembali dengan posisi seperti semula. Tanah bagian atas dicampur dulu dengan 20 kg pupuk kandang sebelum dimasukkan ke dalam lubang.
d) Lubang tanam yang telah tertutup kembali diberi ajir untuk memindahkan mengingat letak lubang tanam.

3) Cara Penanaman

Waktu penanaman yang tepat adalah pada awal musim hujan dan tanah yang ada dalam lubang tanam tidak lagi mengalami penurunan. Hal yang perlu diperhatikan adalah tanah yang ada dalam lubang tanam harus lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Hal ini untuk menghindari tergenangnya air bila disirami atau turun
hujan. Langkah-langkah penanaman adalah sebagai berikut :
a) Lubang tanam yang telah ditutup, digali lagi dengan ukuran sebesar wadah bibit.
b) Bibit dikeluarkan dari keranjang atau polibag dengan menyayatnya agar gumpalan tanah tetap utuh.
c) Bibit beserta tanah yang masih menggumpal dimasukkan dalam lubang setinggi leher batang, lalu ditimbun dan diikatkan ke ajir.
d) Setiap bibit sebaiknya diberi naungan untuk menghindari sinar matahari secara langsung, terpaan angin, maupun siraman air hujan. Naungan tersebut dibuat miring dengan bagian yang tinggi di sebelah timur. Peneduh ini berfungsi sampai tumbuh tunas-tunas baru atau lebih kurang 2-3 minggu.(Iman&berbagai sumber).



Minggu, 14 Maret 2010

Keuntungan Penggunaan Mulsa Plastik Hitam-Perak pada Tanaman Cabai (Capsicum annum sp)



Cabe atau lombok (Capsicum annum) termasuk suku Selanaceae dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabe banyak mengandung vitamin A dan C serta mengandung minyak atsiri, yang rasanya pedas dan memberikan kehangatan panas bila kita gunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur).Kita sering melihat para ibu rumah tangga yang menanam cabe sebagai selingan yang menguntungkan. Hasil buahnya bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, tanpa harus membelinya di pasar. Saat ini sejalan dengan perkembangan zaman maka budidaya tanaman cabai pun sudah bergerak kearah yang lebih baik lagio untuk menjagha produk agar tetap meningkat dan juga kualitas dari produk yang dihasilkan, salah satunya yaitu dengan Mulasa plastic hitam perak.


Penggunaan mulsa plastic hitam perak yang dianggap baik di daerah subtropis adalah yang berwarna hitam dengan ketebalan 50 mikron. Mulsa Plastik Hitam (MPHP) sudah membudaya pada tanaman mentimun, tomat, strawberri dan kubis bunga.
Adaptasi atau pengembangan teknologi sistem Mulsa Plastik dirintis oleh Jepang dan Taiwan yang memperkenalkan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP). MPHP ini memiliki dua muka dan dua warna, yaitu muka pertama berwarna hitam dan muka kedua berwarna perak. Warna hitam untuk menutup permukaan tanah, warna perak sebagai permukaan atas tempat menanam suatu tanaman budidaya.


Keuntungan bertani sistem MPHP antara lain :

Pemberian pupuk dapat dilakukan sekaligus total sebelum tanam.

Warna hitam dari mulsa menimbul-kan kesan gelap sehingga dapat menekan rumput-rumput liar atau gulma.

Warna perak dari mulsa dapat memantulkan sinar matahari ; sehingga dapat mengurangi hama aphis, trips dan tungau, serta secara tidak langsung menekan serangan penyakit virus.



Menjaga tanah tetap gembur, suhu dan kelembaban tanah relatif tetap (stabil).



Mencegah tercucinya pupuk oleh air hujan, dan penguapan unsur hara oleh sinar matahari.



Buah cabai yang berada di atas permukaan tanah terhindar dari percikan air tanah sehingga dapat mengurangi resiko berjangkitnya penyakit busuk buah.



Kesuburan tanah karena pemupukan dapat merata, sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman budidaya relatif seragam (homogen).



Praktis untuk melakukan sterilisasi tanah dengan menggunakan gas fumigan seperti Basamid-G, karena fungsi MPHP mempercepat proses pembentukan gas zat fumigan tanpa harus membeli plastik khusus.



Secara ekonomis penggunaan MPHP dapat mengurangi pekerjaan penyiangan dan penggemburan tanah, sehingga biaya pengadaan MPHP dapat dialokasikan dari biaya pemeliharaan tanaman tersebut.



Pada musim kering (kemarau), MPHP dapat menekan penguapan air dari dalam tanah, sehingga tidak terlalu sering untuk melakukan penyiraman (pengairan).(iman&berbagai sumber)

Rabu, 10 Maret 2010

Ekspor Nonmigas Aceh Melalui Belawan Capai US$ 17,19 Juta


Volume ekspor komoditas nonmigas Provinsi Aceh melalui pelabuhan Belawan, Sumatra Utara (Sumut), pada 2009 mencapai 6.664 ton dengan nilai US$ 17,19 juta.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh Syech Suhaimi di Banda Aceh, Selasa, menyebutkan meski Aceh memiliki pelabuhan ekspor impor, aktivitas perdagangan luar negeri melalui pelabuhan Belawan masih ada.

Komoditas yang diekspor melalui pelabuhan Belawan adalah kopi, ikan, udang, karet, kayu dan kain "krosja".

Menurut dia transaksi ekspor tersebut sebeanrnya cukup merugikan daerah karena devisa yang diterima di daerah berpenduduk sekitar 4,3 juta jiwa itu akan turun.

"Keuntungannya hanya dirasakan pengusaha, sedangkan daerah tidak ada," katanya.

Data BPS Aceh menyebutkan volume ekspor komoditas nonmigas Aceh pada 2009 sebesar 2,7 juta ton atau turun 19,02 persen dibandingkan 2008 yang mencapai 3,4 juta ton.

"Penurunan itu juga berdampak pada nilai ekspor dari 2,2 juta dolar AS menjadi 1,1 juta dolar AS atau turun sebesar 49,06 persen," katanya.

Ia mengatakan negara tujuan ekspor terbesar selama 2009 adalah Korea Selatan, sedangkan impor berasal dari Singapura sebesar 62,46 persen dari total nilai impor 72,28 juta dolar AS.

"Ekspor bahan bakar mineral menjadi penyumbang terbesar pasar ekspor Aceh, yakni senilai 1.049 juta dolar atau 92,19 persen dari total ekspor," katanya.

Menurut dia untuk volume impor 2009 terjadi peningkatan sebesar 162,77 persen dari 201.805,35 ton menjadi 530.276,51 ton pada 2009.

Kendati demikian, kata dia, dilihat dari segi nilai terjadi penurunan dari tahun sebelumnya yakni sebesar 62,64 persen, masing-masing 389,9 juta dolar AS 2008 dan 115,7 juta dolar AS 2009.

"Data tersebut diperoleh dari Bea dan Cukai Provinsi Aceh. Artinya seluruh kegiatan ekpor yang tercatat tersebut telah berada dalam kapal untuk dibawa ke negara tujuan,"," kata Syech Suhaimi. (ant/erl/iman)