Senin, 24 Januari 2011

Pestisida Nabati Nangrih

Prinsip penanggulangan Hama dan Penyakit secara Organik ini yaitu :

Dapat menghasilkan pangan yang berkualitas tingi dan bebas residu pestisida, mempertahankan interaksi antara tanaman dengan ekosistemnya sehingga konsumen dapat memperhitungkan secara lebih luas lagi dari dampak pertanian organik ini disamping mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah untuk jangka panjang serta berkelanjutan


Bahan yang digunakan:

1. Buah pinang : 50 buah

2. Daun Sirih : 250 Lembar

3. Air bersih : 50 liter

Cara Pembuatan :

1. Buah pinang di tumbuk halus (betul-betul halus) bersama dengan daun sirh juga di tumbuk halus lalu camapur kan menjadi satu.

2. Rendam dengan air 50 liter selama 12 hari dan ditutup rapat.

3. Saring air rendaman pupuk didalam jerigen/botol dan siap untuk di aplikasikan.

Teknik Aplikas/Dosis :

1. Setiap satu tangki air sebanyak 15 liter di campur dengan 250 ml air ramuan, semprotkan pada lahan sebelum 5 hari dilakukan penanaman dilapangan.

2. Perlakuan pada tanaman :

a. Untuk tanaman Padi dilakukan pada umur 15,30,45,60 dst.

b. Pada Kacang Panjang aplikasi dilakukan 15 hari setelah tanam dan di lakukan 2 hari sekali dengan melihat kondisi tanaman.

c. Pada tanaman Cabai, Bawang Merah, Bawang Putih dilakukan pada umur tanaman 10 hari setelah tanam dapat dilakukan 3 – 5 hari sekali.

d. Pada kacang tanah , kacang kedelai diaplikasikan apada umur 15, 30,45 dan 60 hari setelah tanam.

Sasaran /OPT :

1. Walang Sangit

2. Wereng

3. Kepinding Tanah

4. Ulat (pada semua tanaman)

5. Aphids, Trips dan kutu cambuk

6. Jamur Fusarium sp

7. Nematoda

8. Keong Mas

(iman & berbagai sumber)

Senin, 10 Januari 2011

Mendapatkan kualitas Biji Cacao yang layak Ekspor


Dampak yang ditimbulkan dari negara tujuan ekspor kakao Indonesia terutama di Amerika Serikat adalah dikarenakan automatic detention atau diskon harga sehingga harganya lebih rendah daripada kakao dari negara lain. Beberapa faktor yang menyebabkan beragamnya mutu kakao yang dihasilkan adalah lemahnya penanganan pasca panen, untuk menjawab hal tersebut tahapan berikut dapat dijadikan salah satu solusi peningkatan kualitas biji yang diinginkan konsumen selama ini.

Pengeringan Biji.

Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air biji kakao menjadi ≤ 7,5 % sehingga aman untuk disimpan. Pengeringan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu penjemuran, mekanis, dan kombinasi keduanya.

1) Cara penjemuran :

a) Penjemuran dilakukan di atas para-para atau lantai jemur. Saat cuaca cerah dengan lama waktu penyinaran 7 – 8 jam per hari, untuk mencapai kadar air maksimal 7,5 % diperlukan waktu penjemuran 7 – 9 hari.

b) Setiap 1- 2 jam dilakukan pembalikan.

c) Tebal lapisan biji kakao yang dijemur 3 – 5 cm (2 – 3 lapis biji atau 8 – 10 kg biji basah per m2).

d) Alat penjemur sebaiknya dilengkapi dengan penutup plastik untuk melindungi biji kakao dari air hujan. Bila matahari terik, plastik dibuka dan digulung.

2) Cara mekanis :

a) Dilakukan dengan menggunakan alat pengering. Penggunaan alat ini sebaiknya secara berkelompok karena membutuhkan biaya investasi yang besar.

b) Dengan pengaturan suhu 55 – 60 0C, diperlukan waktu 40 – 50 jam untuk dapat mencapai kadar air biji kakao maksimal 7,5 %.

3) Cara kombinasi :

a) Dilakukan penjemuran terlebih dahulu selama 1 - 2 hari (tergantung cuaca) sehingga mencapai kadar air 20 – 25 %.

b) Setelah biji kakao dijemur, dimasukkan ke dalam mesin pengering. Dengan cara ini, diperlukan waktu di mesin pengering selama 15 – 20 jam untuk dapat mencapai kadar air maksimal 7,5 %

Sortasi dan Pengkelasan (Grading) Biji Kering.

a. Sortasi biji kering kakao dimaksudkan untuk memisahkan biji kakao berdasarkan ukuran, dan memisahkan dari kotoran atau benda asing lainnya seperti batu, kulit dan daun-daunan.

b. Sortasi dilakukan dengan menggunakan ayakan atau mesin sortasi yang memisahkan biji kakao berdasarkan ukuran. Sesuai dengan SNI biji kakao No 01-2323-2002, biji kakao dikelompokkan ke dalam 5 (lima) kriteria ukuran yaitu :

1) Mutu AA : jumlah biji maksimum 85 per 100 gram.

2) Mutu A : jumlah biji 86 – 100 per 100 gram.

3) Mutu B : jumlah biji 101 – 110 per 100 gram.

4) Mutu C : jumlah biji 111 – 120 per 100 gram

5) Mutu S : lebih besar dari 120 biji per 100 gram

6)

Pengemasan dan Penyimpanan Biji.

a. Biji kakao hasil sortasi dikemas dalam karung, dengan berat bersih per karung 60 kg.

b. Setiap karung diberi label yang menunjukkan nama komoditi, jenis mutu dan identitas produsen menggunakan cat dengan pelarut non minyak. Penggunaan cat berminyak tidak dibenarkan karena dapat mengkontaminasi aroma biji kakao.

c. Biji kakao disimpan di ruangan yang bersih, kelembaban tidak melebihi 75 %, ventilasi cukup, dan tidak dicampur dengan produk pertanian lainnya yang berbau keras karena biji kakao dapat menyerap bau-bauan.

d. Tumpukan maksimum biji kakao adalah 6 karung, tumpukan karung disangga dengan palet dari papan-papan kayu setinggi 8 – 10 cm, jarak dari dinding 15 – 20 cm. Jarak tumpukan karung dari plafon minimum 100 cm.

Penanganan Pasca Panen Kakao ini adalah untuk memberikan acuan secara teknis tentang penerapan perlakuan panen dan penanganan pasca panen kakao secara baik dan benar sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil panen Kakao yang diinginkan oleh konsumen terutama para importir selama ini.(iman & berbagai sumber)


Senin, 03 Januari 2011

Diprakarsai NGO Caritas: Aceh Selatan Ekspor Langsung Minyak Nilam

Aceh Selatan dalam waktu tidak terlalu lama akan melakukan ekspor langsung produksi minyak nilam ke pasar dunia.

Langkah ini sekaligus menjadi momentum kukuhnya kembali eksistensi minyak nilam Aceh Selatan di pasar dunia setelah puluhan tahun berada di bawah cengkeraman spekulan harga.

"Kita menginginkan menurunnya, pemasaran langsung ke pasar perdagangan dunia ini dilakukan atas bantuan dan prakarsa sebuah NGO dari sebuah negara di Eropa Tengah, Republik Czech. Bukan itu saja, pemrakarsa dimaksud, yaitu NGO Caritas juga memfasilitasi pembangunan sarana dan prasarana pendukung bagi pengembangan tanaman nilam di Aceh Selatan yang melibatkan 800 petani nilam di Kecamatan Pasie Raja dan Kluet Tengah.

Atas pembangunan sarana dan prasarana maupun inisiatif pemasaran minyak nilam (patchouli) oleh Caritas sama sekali tidak membebankan Pemkab Aceh Selatan secara finansial. "Kecuali hanya penyediaan lahan seluas 2 hektar di Pasie Raja," kata Syazalisma.

Ditambahkan, lahan yang dua hektar itu akan dijadikan sebagai pusat binaan yang didukung berbagai sarana dan prasaran yang dibangun oleh pihak Caritas. Di lokasi pusat binaan itu nantinya akan dilengkapi klinik, laboratorium, penyulingan nilam dan pembibitan.

Ditandatangani MoU

Menandai dimulainya kerjasama ini, di pengujung November 2010 lalu telah ditandangani nota kesepakatan (MoU) yang tertuang dalam program yang diberi nama Program Pemberdayaan Petani Nilan, antara Pemkab Aceh Selatan (Bupati Husin Yusuf) dengan pihak Caritas.

Penandatangan kesepakatan ini berlangsung di aula Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga yang dihadiri berbagai komponen. Antara lain, para eksportir, Dinas Perindagkop dan Disbunhut Provinsi Aceh, Sekdaprov dan Sekdakab, EDEF, pihak Project Managemen Unit (PMU), Project Management Consultan (PMC).

Czech Republic tempat asal NGO Caritas, adalah sebuah negara di Eropa Tengah yang berbatasan dengan Polandia di sebelah utara hingga timur laut, Jerman di barat laut, Austria di selatan dan di timur berbatasan dengan Slovakia. Caritas juga membentuk kerjasama serupa dengan Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Barat dan Kabupaten Gayo Lues. "Yang menarik, mereka juga ikut membantu pemasaran dengan tujuan ingin menempatkan kedudukan harga sesuai standar harga ekspor," kata Cut Syazalisma.

Untuk itu, aspek kualitas juga tentunya menjadi pertimbangan utama. Dalam kaitan itu, penyulingan yang dibangun di pusat pembinaan Pasie Raja merupakan kilang canggih yang mampu menghasilkan minyak nilam sesuai permintaan konsumen. Misalnya, menyangkut warna yang diinginkan pembeli akan bisa dipenuhi. "Kalau ada pembeli yang menginginkan warga kehitaman atau coklat, semua itu bisa dipenuhi," katanya.

Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman atsiri yang memiliki kedudukan penting untuk berbagai keperluan. Di Aceh Selatan marwah minyak nilam pernah mencapai masa jaya di abad lalu dengan melakukan ekspor langsung ke negara-negara Eropa melalui pelabuhan laut Tapaktuan. Kejayaan ini diraih oleh sebuah kongsi dagang para pengusaha lokal dengan pabrik penyulingan terbesar dibangun di Tapaktuan pada 1923 dengan merek dagang Aetherische Olien Pabriek yang konon merupakan perpanjangan VOC.

Namun kejayaan itu lama kelamaan pudar oleh situasi dunia yang tidak menguntungkan silih berganti, termasuk ketika meletus Perang Dunia II. Sejak itu pamor lembaran emas hijau merosot yang disimbulkan dengan kesengsaraan bagi lapisan petani nilam. (ma).