Aceh Selatan dalam waktu tidak terlalu lama akan melakukan ekspor langsung produksi minyak nilam ke pasar dunia.
Langkah ini sekaligus menjadi momentum kukuhnya kembali eksistensi minyak nilam Aceh Selatan di pasar dunia setelah puluhan tahun berada di bawah cengkeraman spekulan harga.
"Kita menginginkan menurunnya, pemasaran langsung ke pasar perdagangan dunia ini dilakukan atas bantuan dan prakarsa sebuah NGO dari sebuah negara di Eropa Tengah, Republik Czech. Bukan itu saja, pemrakarsa dimaksud, yaitu NGO Caritas juga memfasilitasi pembangunan sarana dan prasarana pendukung bagi pengembangan tanaman nilam di Aceh Selatan yang melibatkan 800 petani nilam di Kecamatan Pasie Raja dan Kluet Tengah.
Atas pembangunan sarana dan prasarana maupun inisiatif pemasaran minyak nilam (patchouli) oleh Caritas sama sekali tidak membebankan Pemkab Aceh Selatan secara finansial. "Kecuali hanya penyediaan lahan seluas 2 hektar di Pasie Raja," kata Syazalisma.
Ditambahkan, lahan yang dua hektar itu akan dijadikan sebagai pusat binaan yang didukung berbagai sarana dan prasaran yang dibangun oleh pihak Caritas. Di lokasi pusat binaan itu nantinya akan dilengkapi klinik, laboratorium, penyulingan nilam dan pembibitan.
Ditandatangani MoU
Menandai dimulainya kerjasama ini, di pengujung November 2010 lalu telah ditandangani nota kesepakatan (MoU) yang tertuang dalam program yang diberi nama Program Pemberdayaan Petani Nilan, antara Pemkab Aceh Selatan (Bupati Husin Yusuf) dengan pihak Caritas.
Penandatangan kesepakatan ini berlangsung di aula Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga yang dihadiri berbagai komponen. Antara lain, para eksportir, Dinas Perindagkop dan Disbunhut Provinsi Aceh, Sekdaprov dan Sekdakab, EDEF, pihak Project Managemen Unit (PMU), Project Management Consultan (PMC).
Czech Republic tempat asal NGO Caritas, adalah sebuah negara di Eropa Tengah yang berbatasan dengan Polandia di sebelah utara hingga timur laut, Jerman di barat laut, Austria di selatan dan di timur berbatasan dengan Slovakia. Caritas juga membentuk kerjasama serupa dengan Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Barat dan Kabupaten Gayo Lues. "Yang menarik, mereka juga ikut membantu pemasaran dengan tujuan ingin menempatkan kedudukan harga sesuai standar harga ekspor," kata Cut Syazalisma.
Untuk itu, aspek kualitas juga tentunya menjadi pertimbangan utama. Dalam kaitan itu, penyulingan yang dibangun di pusat pembinaan Pasie Raja merupakan kilang canggih yang mampu menghasilkan minyak nilam sesuai permintaan konsumen. Misalnya, menyangkut warna yang diinginkan pembeli akan bisa dipenuhi. "Kalau ada pembeli yang menginginkan warga kehitaman atau coklat, semua itu bisa dipenuhi," katanya.
Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman atsiri yang memiliki kedudukan penting untuk berbagai keperluan. Di Aceh Selatan marwah minyak nilam pernah mencapai masa jaya di abad lalu dengan melakukan ekspor langsung ke negara-negara Eropa melalui pelabuhan laut Tapaktuan. Kejayaan ini diraih oleh sebuah kongsi dagang para pengusaha lokal dengan pabrik penyulingan terbesar dibangun di Tapaktuan pada 1923 dengan merek dagang Aetherische Olien Pabriek yang konon merupakan perpanjangan VOC.
Namun kejayaan itu lama kelamaan pudar oleh situasi dunia yang tidak menguntungkan silih berganti, termasuk ketika meletus Perang Dunia II. Sejak itu pamor lembaran emas hijau merosot yang disimbulkan dengan kesengsaraan bagi lapisan petani nilam. (ma).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar